Sepertinya sudah lamaaaa sekali sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Akhirnya minat untuk menulis sesuatu muncul juga setelah trip saya ke Semarang minggu lalu. Well, bukan trip sih sebenarnya tapi kondangan sambil jalan-jalan. Hihihi :D
![]() |
Biar afdol, pasang foto bukti kondangannya dulu ya :) |
Saya ngetrip ke semarang bersama suami dan teman-teman saya dengan menggunakan kereta, transportasi yang tergolong murah dan kebetulan lokasi resepsi teman saya cukup dekat dengan stasiun. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senin pukul 19.45 menggunakan kereta Menoreh dan sampai di Semarang hari Sabtu pukul 03.00 dini hari. Begitu tiba di Stasiun Tawang, kami langsung berpencar, ada yang pulang ke rumah, ada yang nginep di tempat teman atau saudara, dan saya beserta suami memilih menginap di hotel tempat acara resepsi akan berlangsung. Lokasi hotel berada di kawasan Pecinan kota Semarang sekitar 10 menit dari Stasiun Tawang dengan menggunakan kendaraan pribadi (waktu itu saya diantar oleh teman saya yang baik hati. Thank you Nindy dan keluarga :*)
Setelah ketinggalan acara akad nikah teman saya karena terjadi miskomunikasi -.-" dan menghadiri resepsi yang meriah, akhirnya saya, suami, dan teman-teman mendiskusikan "mau kemana kita habis ini?". Karena hampir semua teman-teman saya buta dengan daerah Semarang (termasuk saya), akhirnya teman saya yang asli dari Semarang memutuskan sore ini kami akan berwisata religi. Hahaha
Kota Semarang memang terkenal dengan beberapa wisata ibadah yang cukup terkenal, mulai dari Masjid Agung Jawa Tengah, Gereja Blendoeg di kawasan kota lama, dan Klenteng Sam Poo Kong.
Destinasi pertama kami adalah Klenteng Sam Poo Kong atau ada yang menyebut dengan nama Klenteng Gedong Batu. Tempat ini dibangun oleh seorang Laksama muslim dari Tiongkok yang bernama Laksamana Zheng He atau ada yang menyebut Laksamana Cheng Ho sekitar tahun 1400an masehi dan berlokasi di daerah Simongan, barat daya Kota Semarang, sekitar 15 menit dari Hotel Semesta tempat resepsi berlangsung dengan menggunakan mobil. Tarif masuk tempat wisata ini murah lhoooo, hanya Rp 3.000,- untuk turis lokal dan Rp 15.000,- untuk turis asing.
![]() |
Sebelum masuk narsis dulu :D |
Sama seperti klenteng-klenteng lain, hampir seluruh bagian dari bangunan klenteng berwarna merah dan dipenuhi dengan aroma hio. Ketika weekend banyak sekali pengunjung yang datang ke tempat ini baik untuk sekedar berwisata, berziarah, atau melakukan pemujaan / ibadah. Seperti ketika kami berkunjung kesana, walaupun suasana di klenteng panas terik karena memang jarangnya pepohonan di sekitar klenteng, tapi tidak sedikit rombongan wisata yang berkunjung ke Klenteng Sam Poo Kong ini.
Klenteng Sam Poo Kong terdiri dari beberapa bangunan yang saya sendiri tidak tahu nama masing-masing bangunan dan fungsinya. Sayang sekali di Klenteng Sam Poo Kong tidak terdapat pemandu wisata yang menjelaskan nama dan fungsi dari tiap bangunan klenteng. (atau saya dan rombongan yang tidak memperhatikan karena terlalu asyik berfoto *tepok jidat)
Bagi yang penasaran tentang Klenteng Sam Poo Kong bisa membaca sedikit sejarah serta nama dan fungsi bangunan-bangunan yang ada di sana di link ini.
Klenteng Sam Poo Kong terdiri dari beberapa bangunan yang saya sendiri tidak tahu nama masing-masing bangunan dan fungsinya. Sayang sekali di Klenteng Sam Poo Kong tidak terdapat pemandu wisata yang menjelaskan nama dan fungsi dari tiap bangunan klenteng. (atau saya dan rombongan yang tidak memperhatikan karena terlalu asyik berfoto *tepok jidat)
Bagi yang penasaran tentang Klenteng Sam Poo Kong bisa membaca sedikit sejarah serta nama dan fungsi bangunan-bangunan yang ada di sana di link ini.
![]() |
Klenteng Utama (kiri), Kyai Juru Mudi (tengah), Tho Tee Kong (Kanan) sumber : wikipedia |
![]() |
Di belakang kami berdiri Patung Laksmana Cheng Ho |
![]() |
Nah, yang ini foto ala-ala boyband kata fotografernya. Hahaha :D dari kiri-kanan : Robert, Dimas, Pijar, Dadang, suami :*, dan sayaaa :D |
Tak terasa perut kami mulai protes untuk segera diisi, maklum sudah jam makan siang. Jadi sebelum menuju tempat wisata kedua, kami mampir makan tahu gimbal khas semarang di taman KB di depan SMA Negeri 1 Semarang. Jangan tanya itu di daerah mana karena saya benar-benar buta arah dan terima kasih kepada Pijar yang dengan sabar mengantarkan kami kemana-mana. Gak afdol kalau ke Semarang ga makan tahu gimbal. Hihihi
Tahu gimbal semarang itu terdiri dari kubis/kol, seledri, tahu putih yang digoreng, ketupat, telur mata sapi, dan gimbal (bakwan udang) lalu disiram sambal kacang dan tambahan kerupuk udang. Rasanya maknyuuuusss.. Jadi kalau kalian ke semarang wajib coba menu yang satu ini.
![]() |
Ini dia tahu gimbal semarang. |
Setelah mengisi perut yang kelaparan, kami melanjutkan perjalanan ke Masjid Agung Jawa Tengah. Masjid ini terletak di Jalan Gajah Raya, Desa Sambirejo, Kecamatan Gayamsari sekitar 20 menit dari Klenteng Sam Poo Kong. Masjid Agung Jawa Tengah dibangun pada tahun 2001 dan selesai serta diresmikan pada tahun 2006 oleh Presiden RI pada waktu itu, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Bangunan utama masjid ini memiliki luas sekitar 7.669 m2 dan luas halaman sekitar 7.500 m2 serta dapat menampung jamaah tidak kurang dari 15.000 orang.
Yang menurut saya menarik dari Masjid Agung Jawa Tengah ini adalah adanya payung-payung hidrolik seperti yang ada di Masjid Nabawi. Payung-payung hidrolik sebanyak 6 buah ini dapat membuka dan menutup secara otomatis. Sayang sekali ketika saya berkunjung kesana payung-payung ini sedang dalam keadaan tertutup. Walaupun begitu, Masjid Agung Jawa Tengah ini kereeen dan mungkin masjid terluas yang pernah saya kunjungi. Subhanallah...
Di halaman Masjid Agung Jawa Tengah ini terdapat sebuah menara yang bernama Menara Asmaul Husna dengan tinggi 99 meter dan terdiri dari 19 lantai. Di dalamnya terdapat museum sejarah Islam yang tidak sempat saya kunjungi karena hari sudah sore dan di puncaknya terdapat teropong yang dapat digunakan untuk melihat keindahan kota Semarang. Ketika berada di lantai teratas menara kita dapat merasakan hembusan angin karena memang lantai ini didesain terbuka dan kita dapat melihat Kota Semarang sampai ke bibir pantai Laut Jawa.
Yang menurut saya menarik dari Masjid Agung Jawa Tengah ini adalah adanya payung-payung hidrolik seperti yang ada di Masjid Nabawi. Payung-payung hidrolik sebanyak 6 buah ini dapat membuka dan menutup secara otomatis. Sayang sekali ketika saya berkunjung kesana payung-payung ini sedang dalam keadaan tertutup. Walaupun begitu, Masjid Agung Jawa Tengah ini kereeen dan mungkin masjid terluas yang pernah saya kunjungi. Subhanallah...
Di halaman Masjid Agung Jawa Tengah ini terdapat sebuah menara yang bernama Menara Asmaul Husna dengan tinggi 99 meter dan terdiri dari 19 lantai. Di dalamnya terdapat museum sejarah Islam yang tidak sempat saya kunjungi karena hari sudah sore dan di puncaknya terdapat teropong yang dapat digunakan untuk melihat keindahan kota Semarang. Ketika berada di lantai teratas menara kita dapat merasakan hembusan angin karena memang lantai ini didesain terbuka dan kita dapat melihat Kota Semarang sampai ke bibir pantai Laut Jawa.
![]() |
Di belakang gadis-gadis cantik ini berdiri bangunan utama Masjid Agung dan payung-payung hidroliknya. Kereeen kaaann |
![]() |
Ini pelataran Masjid Agung. Luas dan bersih yaaa :* |
![]() |
Ini foto Masjid Agung diambil dari puncak Menara Asmaul Husna. (diambil dengan kamera seadanya dan amatir) |
![]() |
Narsis ala-ala boyband lagi |
Karena hari semakin sore, kami melanjutkan perjalanan kami ke destinasi selanjutnya, Gereja Blenduk di kawasan kota lama. Sebenarnya tujuan utama kami ke kawasan kota lama ini bukan Gereja Blenduk melainkan untuk mencoba naik bus tingkat yang ada disana sih. Hahaha
Bus dengan nama Semarjawi ini masih tergolong baru beroperasi. Diresmikan oleh walikota Semarang, Bapak Hendrar Prihadi pada tanggal 28 Oktober 2014, bus ini mengambil rute Simpang Lima - Tuga Muda - Kota Lama. Tarif untuk bus wisata ini tergolong murah, Rp 10.000,- untuk weekday dan Rp 15.000,- untuk weekend. Tapi karena hanya ada satu armada bus yang tersedia banyak wisatawan yang harus rela menunggu untuk dapat menaiki bus dengan plat H 467 A ini. Seperti kami yang sudah kehabisan tiket untuk perjalanan selanjutnya dan baru ada lagi untuk perjalanan pukul 9 malam dan waktu itu masih pukul setengah enam sore. Karena masih ingin mengunjungi tempat lain di Semarang, kami ga jadi deh naik bus tingkatnya :'(
![]() |
Walaupun ga jadi naik bus tingkatnya, yang penting bisa numpang eksis di depan busnya lah yaa.. Hahaha |
![]() |
Ini foto di depan Gereja Blenduk di kawasan kota lama |
Karena saya harus kembali berkutat dengan dokumen kerja (sok sibuk :D), jadi sekian dulu ya cerita wisata religi di Kota Semarangnya. Tunggu post tentang Trip to Semarang -part 2nya yaa..
Thank you for coming readers..
S. Luthfianita
0 komentar:
Posting Komentar