Senin, 17 Juli 2023

Sepenggal Kisah untuk Masa Depan - Persiapan Keberangkatan LPDP

Setelah ditetapkan menjadi awardee beasiswa LPDP, saya sadar bahwa program persiapan keberangkatan (PK), sebagai kewajiban, pasti akan datang. Cepat atau lambat. Tetapi nyatanya ketika saat PK itu datang saya ternyata tetap belum siap. Banyak sekali ketakutan, kekhawatiran, dan kebingungan tentang PK ini. 


"Aduh gimana ya nanti anak-anak selama saya tinggal?"

"Teman kamar saya di sana nanti siapa ya? Saya harus ngobrol apa ya?"

"Teman-teman satu kelompoknya gimana ya? Gimana ya saya harus mulai berinteraksi?" 


Itu adalah sekelumit pertanyaan yang muncul saat PK itu semakin dekat. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan skeptis di kepala saya saat itu. Namun PK tetaplah harus dijalani. Dan bermodal Bismillah saya berangkat. 


PK-207, Kamala Nagari, menjadi rumah saya selama enam hari kemarin. PK luar jaringan mengharuskan kami para peserta untuk menginap di salah satu hotel di kawasan Ancol selama menjalani kegiatan PK. Hari-hari pertama dari masa karantina ini tidaklah mudah bagi saya. Memulai interaksi dengan orang-orang yang tidak saya kenal sebelumnya itu selalu menjadi kesulitan tersendiri bagi saya. Alhamdulillah saya dipertemukan dengan orang-orang luar biasa yang sangat ramah dan baik hati. 


Mba Wita, seorang dokter gigi yang menjadi teman sekamar adalah orang pertama yang sangat saya syukuri telah menjadi teman selama PK berlangsung. Ibu dua anak ini sangat ramah. Gila seperti saya kalau saya boleh jujur. Tapi juga pintar dan berpengetahuan luas. Banyak cerita dan tawa yang kami lalui selama kami bersama. Terima kasih bu dokter sudah bertahan menjadi roomate si tukang tidur ini. 


Teman-teman Kamala Lembayung adalah hal lain yang juga menjadi penolong saya selama PK berlangsung. Beranggotakan orang-orang hebat dari berbagai latar belakang dan diketuai oleh salah seorang peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), nyatanya mereka adalah sosok-sosok kocak, baik hati, periang, dan berbakat di waktu yang bersamaan. Pertanyaan-pertanyaan berbobot yang mereka tanyakan kepada para narasumber, diiringi dengan canda tawa di sela sesi kegiatan, adalah salah satu dari banyak hal yang membuat saya semakin kagum kepada para Lembayung. Dan di Lembayung pula, wawasan dan perspektif saya menjadi semakin luas. Obrolan-obrolan singkat dengan teman-teman Lembayung selalu mampu membuat saya ber-Oooh ria setelahnya. Terima kasih Lembayung sudah menjadi kelompok luar biasa yang bermoto Selow. Kalian orang-orang hebat dengan hati yang baik dan pembawaan yang riang. Semoga setiap langkah kalian selalu diberkati oleh Tuhan.


Kamala Lembayung


Hal lain yang membuat saya semakin kagum adalah narasumber selama PK dilaksanakan. Orang-orang hebat dari berbagai bidang dihadirkan oleh tim PK LPDP untuk kami para peserta. Mulai dari Guru Besar Universitas Indonesia, Kepala BRIN, Pejabat Asean Development Bank (ADB), Staf Ahli Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Pejabat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), adalah sedikit dari banyak orang-orang hebat yang bersedia membagikan ilmu dan pengalaman mereka kepada kami. Profesional seperti psikolog yang berhasil membuat perasaan kami campur aduk di malam itu, mantan pembawa berita yang dengan ramah berbagi ilmu tentang public speaking, dan seorang profesional di bidang desain dan presentasi turut menjadi bagian dari narasumber yang turut memberikan sedikit ilmu mereka kepada kami. Belum lagi para alumni, orang-orang hebat, yang dengan senang hati berbagi pengalaman dan nasihat untuk kami di masa depan. Terima kasih tim PK LPDP dan para narasumber untuk segala hal baik yang telah kalian siapkan dan bagikan kepada kami para penerus bangsa.


Kemenkeu Satu


Dan akhirnya, enam hari berhasil saya lalui dengan bantuan teman-teman hebat di sana. Setelah dinyatakan lulus oleh Direktur Beasiswa LPDP, sekarang yang tersisa adalah kenangan dan kerinduan saya kepada orang-orang luar biasa ini. Ternyata slogan PK yang selalu disampaikan oleh banyak orang memang benar adanya, indah untuk dikenang tapi tidak untuk diulang. Kenangan tentang PK ini akan saya bawa sampai kapanpun. Sampai bertemu lagi Nakawula. Semoga ada kesempatan di masa yang akan datang untuk kita kembali bersua dan bekerja sama untuk berkontribusi bagi Indonesia.

Selasa, 27 Maret 2018

Cerita Syukur di Tengah Kemacetan Ibukota

Sudah hampir dua bulan ini saya ditugaskan oleh kantor untuk mengikuti pelatihan bahasa inggris di sebuah lembaga bahasa salah satu universitas di kawasan Salemba. Pelatihan bahasa inggris ini diadakan setiap hari Senin selama kurang lebih tiga bulan. Awalnya saya cukup minder untuk mengikuti pelatihan ini karena sebagian teman sekelas saya yang sudah sangat mahir dalam berbahasa inggris. Tapi ya namanya juga tugas ya sudah dijalani saja.

Hal lain yang membuat saya kadang malas untuk keluar rumah, meninggalkan anak gadis kesayangan, dan berangkat ke kampus (ciyee kampus.. kampus orang tapi ☺) adalah kemacetan jakarta yang saya rasa agak tidak mengenal waktu. Dan lebih dari senin-senin yang lalu, kemarin saya harus menghadapi kemacetan jalan pramuka yang ya cukup padat merayap jika meniru bahasa info lalu lintas. Dan tidak seperti biasanya, mamang ojol (transportasi andalan warga ibukota) yang saya tumpangi tidak melewati jalan tikus untuk menghindari kemacetan tetapi memilih jalan utama yang notabene selalu macet di jam-jam masuk kantor (Fyi, saya berangkat pukul 09.15 dari rumah kontrakan saya di daerah pisangan timur). Seperti yang sudah diduga, begitu motor memasuki jalan pramuka dari arah jalan pemuda, kemacetan langsung menyambut saya. Biasanya saya hanya menghabiskan 20-25 menit untuk menempuh perjalanan pisangan timur menuju salemba, dan kemarin jeng..jeng..jeng.. dalam 20 menit saya masih berada di jalan pramuka. Sudah bete-lah saya di situ.

Tapi memang Allah SWT selalu punya cara untuk menegur hamba-Nya. Ketika bete sedang melanda, saya melihat seorang mas-mas atau mungkin adek-adek yang sepertinya usianya berada di bawah saya mengenakan kemeja putih, celana hitam, sepasang sepatu pantofel, menyandang tas punggung, dan membawa amplop coklat. Siapakah dia? Sepertinya bukan sales. Saya hampir yakin mas ini adalah seseorang yang sedang mencoba melamar pekerjaan. Apa yang membuat saya terpana dengan mas ini adalah di tengah cuaca jakarta yang panas karena asap kendaraan bermotor yang memenuhi jalan, mas ini dengan langkah pasti berjalan di trotoar jalan menenteng amplop coklat yang sepertinya berharga bagi dia. Dandanannya biasa saja, tidak ada barang bermerk yang menempel di badannya, tas punggung lusuh dan sepatu ala kadarnya. Tapi semangatnya menembus panasnya jalanan yang membuat saya tiba-tiba malu, bete hanya karena jalanan macet.

Mas ini juga seperti dikirim oleh Sang Pencipta untuk mengingatkan saya tentang rasa syukur. Sampai kemarin bahkan mungkin saat ini saya kadang masih sering mengeluhkan tentang pekerjaan saya. Bagaimana saya terpaksa harus meninggalkan impian saya menjadi seorang arsitek, kuliah di kampus yang bukan pilihan saya, dan akhirnya bekerja di instansi yang sebenarnya tidak saya pilih. Tapi setelah melihat mas ini, dalam hati saya langsung berucap Astagfirullah dan Alhamdulillah. Sekolah dan pekerjaan ini memang bukan impian saya, tapi ini rejeki dan amanah Allah SWT untuk saya. Setelah selesai kuliah saya tidak perlu susah-susah melamar pekerjaan kesana-kemari dan langsung di tempatkan di salah satu instansi pemerintah di ibukota. Suatu hal yang mungkin menjadi impian atau keinginan bagi beberapa orang lain, dan saya masih juga kadang tidak menyiukuri hal ini? Astagfirullah

Terima kasih mas sudah lewat di samping saya ketika saya merasa kesal atas apapun di jalanan kemarin hanya karena macet. Doa saya, jika memang mas sedang mencari jalan rejeki dan jihad mas, semoga mas segera mendapat pekerjaan yang mas inginkan. Semoga Sang Maha Kuasa memberikan kemudahan dan menjadikan setiap perjuangan mas sebagai ladang pahala mas. Dan terima kasih ya Allah sudah menegur hamba lewat cara yang tidak pernah saya kira. Apapun itu, sedih, bahagia, susah, senang, insya Allah selalu ada rencana Allah SWT di dalamnya. Tinggal kita manusia bagaimana ingin menyikapi, menyiukuri, dan bersabar atas segala yang Allah SWT berikan.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
(QS Ibrahim : 7)

Selasa, 14 April 2015

Trip to Semarang - part 2

Hai hai semuaa..
Maaf ya lama cerita jalan-jalan ke Semarang part 2nya. Keasikan libur long weekend nih, jadi males pegang-pegang laptop. Hehehe
Tapi hari ini saya akan melanjutkan cerita jalan-jalannya. Buat yang bingung kok udah part 2 aja, bisa baca cerita part 1nya di sini.

Melanjutkan cerita sebelumnya, setelah puas seharian wisata religi di Kota Semarang, kami memilih makan malam di kawasan simpang lima dan memutuskan untuk makan nasi ayam. Apa itu nasi ayam?
Waktu pertama kali saya dengar nama makanannya, saya juga bingung. Seperti apa ya bentuknya? Apa nasi dan ayam goreng atau ayam bakar gitu? Ternyata eh ternyata nasi ayam itu mirip dengan nasi opor (kalau menurut saya). Isinya adalah nasi liwet, suiran ayam, irisan telur rebus, sayur labu siam, dan disiram dengan kuah santan. Ada juga hidangan sampingan berupa sate usus, tempe goreng, dan ayam kampung dimasak santan. Setelah saya cicipi rasanya memang mirip nasi opor, tapi tetep enak abiiiisss. Bagi kalian yang ingin mencoba nasi ayam ini tempatnya berada di simpang lima di depan Mall Ciputra Semarang. Kalian ga akan susah kok menemukannya karena tempat itu selalu ramai pengunjung dengan tempat duduk lesehan. Tapi untuk nama tempat makannya saya sendiri lupa (maklum waktu itu terlalu fokus dengan makanannya jadi lupa lihat nama tempat makannya. :D).

sumber : https://veeone120184.wordpress.com
(ga sempet ambil foto nasi ayamnya saking asyiknya makan)


Setelah mengisi perut yang mulai protes, teman saya -Pijar- menawari saya dan suami untuk menginap di rumahnya karena kebetulan tempat wisata yang akan kami kunjungi besok lebih dekat dari rumahnya. Tapi karena kami sudah terlanjur memesan kamar hotel untuk dua malam, terpaksa kami menolak tawaran darinya dan berjanji besok sebelum pukul 9 pagi kami akan ke rumahnya untuk memudahkan perjalanan kami ke tempat wisata. Tak lama kemudian kami berpisah di simpang lima. Teman-teman saya melanjutkan acara malam itu dengan karaoke, sedangkan saya dan suami bertemu dengan teman yang sedang melanjutkan kuliah di Semarang. Setelah ngobrol-ngobrol singkat karena sudah lama tidak bertemu, saya dan suami kembali ke hotel.


Kamis, 02 April 2015

Trip to Semarang - part 1

Halo semuaaa..
Sepertinya sudah lamaaaa sekali sejak terakhir kali saya menulis di blog ini. Akhirnya minat untuk menulis sesuatu muncul juga setelah trip saya ke Semarang minggu lalu. Well, bukan trip sih sebenarnya tapi kondangan sambil jalan-jalan. Hihihi :D
Biar afdol, pasang foto bukti kondangannya dulu ya :)
Saya ngetrip ke semarang bersama suami dan teman-teman saya dengan menggunakan kereta, transportasi yang tergolong murah dan kebetulan lokasi resepsi teman saya cukup dekat dengan stasiun. Kami berangkat dari Stasiun Pasar Senin pukul 19.45 menggunakan kereta Menoreh dan sampai di Semarang hari Sabtu pukul 03.00 dini hari. Begitu tiba di Stasiun Tawang, kami langsung berpencar, ada yang pulang ke rumah, ada yang nginep di tempat teman atau saudara, dan saya beserta suami memilih menginap di hotel tempat acara resepsi akan berlangsung. Lokasi hotel berada di kawasan Pecinan kota Semarang sekitar 10 menit dari Stasiun Tawang dengan menggunakan kendaraan pribadi (waktu itu saya diantar oleh teman saya yang baik hati. Thank you Nindy dan keluarga :*)

Setelah ketinggalan acara akad nikah teman saya karena terjadi miskomunikasi -.-" dan menghadiri resepsi yang meriah, akhirnya saya, suami, dan teman-teman mendiskusikan "mau kemana kita habis ini?". Karena hampir semua teman-teman saya buta dengan daerah Semarang (termasuk saya), akhirnya teman saya yang asli dari Semarang memutuskan sore ini kami akan berwisata religi. Hahaha
Kota Semarang memang terkenal dengan beberapa wisata ibadah yang cukup terkenal, mulai dari Masjid Agung Jawa Tengah, Gereja Blendoeg di kawasan kota lama, dan Klenteng Sam Poo Kong.


Jumat, 13 Mei 2011

Wow !!

Malam ini mau post sebuah postingan geje. Ini tentang boneka kesayangan saya yang sudah pernah saya bahas sebelumnya, yap Mr. Hidung.

Ada apakah dengan Mr. Hidung?
No problemo, cuma hal yang nggak penting. Malam ini saya berniat meluruskan punggung setelah iseng membaca slide materi kuliah yang membosankan (baca: lagi kurang kerjaan). Begitu beranjak dari depan laptop pink saya, saya melihat tempat tidur. Niat ingin rebahan pun hilang. Tanya kenapa. Ini karena si hidung, dia seenak jidatnya mengambil bagian temapt tidur saya dengan pose yang menggelikan.

Saya tidak merasa meninggalkannya dalam posisi itu sebelumnya, jadi saya bertanya-tanya "ngapain nih boneka pake berpose gitu?nggak banget dah.."
Tapi saya hanya tersenyum melihat posenya dan memilh untuk langsung berbaring di sebelahnya dan memeluk hiduuuuung..

Mau tahu posenya, ini dia saudara-saudara.. -->

Minggu, 08 Mei 2011

Cerita di Malam Berbintang

Satu dua bintang menghiasi langit Jakarta malam ini. Tak seperti malam-malam sebelumnya dimana langit hanya berwarna hitam. Saya putuskan untuk sekadar menikmati bintang yang jarang tampak itu. Saya berjalan menyusuri jalan di depan rumah kedua saya. Tak ada tujuan, tak ada yang hendak ditemui, hanya mengikuti kemana kaki ini membawa tubuh saya. Tanpa sadar saya sampai di persimpangan jalan yang tak asing bagi saya. Tidak seperti biasanya dimana saya mengambil jalan ke kanan, tiba di sebuah rumah, dan bertemu seseorang.

Saya putuskan untuk mengambil jalan di hadapan saya. Baru beberapa langkah saya berjalan, saya melihat seekor kucing berwarna putih. Saya dekati tapi dia mundur, saya coba panggil "puss", tapi justru kucing lain yang menjawab. Saya ambil kucing itu, saya gendong, saya belai-belai. Saya memang pecinta kucing, jadi tanpa pikir dua kali saya akan langsung menggendong kucing yang saya lihat walaupun orang-orang bilang kucing itu sumber penyakit. I don't care.

Senin, 11 April 2011

Kelapangan


"Bukankah kami Telah melapangkan untukmu dadamu? Dan kami Telah menghilangkan daripadamu bebanmu. Yang memberatkan punggungmu? Dan kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap."


Q.S Al Insyiraah:1-8