Minggu, 08 Mei 2011

Cerita di Malam Berbintang

Satu dua bintang menghiasi langit Jakarta malam ini. Tak seperti malam-malam sebelumnya dimana langit hanya berwarna hitam. Saya putuskan untuk sekadar menikmati bintang yang jarang tampak itu. Saya berjalan menyusuri jalan di depan rumah kedua saya. Tak ada tujuan, tak ada yang hendak ditemui, hanya mengikuti kemana kaki ini membawa tubuh saya. Tanpa sadar saya sampai di persimpangan jalan yang tak asing bagi saya. Tidak seperti biasanya dimana saya mengambil jalan ke kanan, tiba di sebuah rumah, dan bertemu seseorang.

Saya putuskan untuk mengambil jalan di hadapan saya. Baru beberapa langkah saya berjalan, saya melihat seekor kucing berwarna putih. Saya dekati tapi dia mundur, saya coba panggil "puss", tapi justru kucing lain yang menjawab. Saya ambil kucing itu, saya gendong, saya belai-belai. Saya memang pecinta kucing, jadi tanpa pikir dua kali saya akan langsung menggendong kucing yang saya lihat walaupun orang-orang bilang kucing itu sumber penyakit. I don't care.

Saya bawa kucing itu ke arah berlawanan dari langkah awal saya. Tiba di persimpangan jalan tadi saya menengok ke kiri, melihat pada sebuah pagar rumah yang tak asing lagi bagi saya, saya tersenyum dan kembali berjalan dnegan kucing itu masih dalam dekapan saya.

Kucing itu meronta sewaktu saya membawanya semakin jauh dari 'rumahnya'. Dia mengeong seakan berkata "turunkan saya, saya ingin pulang.". Akhirnya saya tidak tega melihat kucing itu terus mengeong, saya turunkan kucing itu dan saya kembali berjalan. Saya melihat ke belakang, ke lantai dua sebuah rumah, sebuah kamar berjendela dua dan bertirai, tempat yang tidak asing bagi saya. Berharap sebuah siluet lewat di sela-sela jendela yang terbuka. Saya kembali tersenyum dan berjalan lagi.

Saya tiba di lapangan basket komplek perumahan ini. Lapangan basket biasa dengan dua ring basket, dan garis-garis batas lapangan. Saya berbelok ke lapangan itu, duduk di bangku yang ada di pinggir lapangan. Saya menengadah, melihat bintang-bintang yang bersinar malam ini. Saya tersenyum. Saya lihat ke sekeliling saya, ada satpam yang sedang bertugas, seorang bapak yang duduk-duduk seperti saya, dan kendaraan yang lalu lalang.

Tiba-tiba sebuah keluarga lewat di depan saya dan duduk beberapa bangku dari tempat saya duduk, di samping bapak-bapak tadi. Ayah, ibu, kakak perempuan, dan seorang adik laki-laki yang masih batita.

Sang kakak mengajak adiknya bermain-main di lapangan sedangkan kedua orang tuanya berbincang dengan bapak-bapak yang ada di pinggir lapangan. Sang kakak mencoba mengajak adiknya berlari-lari di lapangan tapi adiknya terlalu sibuk dengan makanannya yang tumpah di lapangan dan dia jadikan mainan. Sang ibu mencoba mencegahnya menginjak-injak makanannya yang tumpah dan menyuruhnya bermain bersama kakaknya, tapi tetap sia-sia, 'the stranger', begitu saya menyebut anak kecil, lebih suka bermain dengan makanan tumpahnya.

Saya tersenyum kembali, dan dalam hati saya berucap "Alhamdulillah, masih diberi kesempatan untuk hidup di dunia yang fana ini dan melihat satu sisi kehidupan."
Kehidupan seperti roda yang terus berputar, satu saat sebelumnya saya merasakan sesak dalam dada, tapi detik ini ada sebuah kebahagiaan karena saya masih diberi umur untuk menikmati segala yang Tuhan ciptakan di dunia ini. Bukan hal penting, hanya seekor kucing, bintang-bintang malam, sebuah lapangan basket, lalu lalang kendaraan, dan sebuah keluarga. Tapi itu mampu membuat saya tersenyum malam ini.

Tuhan memang Maha Kuasa, Dia selalu memiliki cara membuat hamba-Nya tersenyum walaupun dengan hal kecil sekalipun.

0 komentar:

Posting Komentar