Selasa, 27 Maret 2018

Cerita Syukur di Tengah Kemacetan Ibukota

Sudah hampir dua bulan ini saya ditugaskan oleh kantor untuk mengikuti pelatihan bahasa inggris di sebuah lembaga bahasa salah satu universitas di kawasan Salemba. Pelatihan bahasa inggris ini diadakan setiap hari Senin selama kurang lebih tiga bulan. Awalnya saya cukup minder untuk mengikuti pelatihan ini karena sebagian teman sekelas saya yang sudah sangat mahir dalam berbahasa inggris. Tapi ya namanya juga tugas ya sudah dijalani saja.

Hal lain yang membuat saya kadang malas untuk keluar rumah, meninggalkan anak gadis kesayangan, dan berangkat ke kampus (ciyee kampus.. kampus orang tapi ☺) adalah kemacetan jakarta yang saya rasa agak tidak mengenal waktu. Dan lebih dari senin-senin yang lalu, kemarin saya harus menghadapi kemacetan jalan pramuka yang ya cukup padat merayap jika meniru bahasa info lalu lintas. Dan tidak seperti biasanya, mamang ojol (transportasi andalan warga ibukota) yang saya tumpangi tidak melewati jalan tikus untuk menghindari kemacetan tetapi memilih jalan utama yang notabene selalu macet di jam-jam masuk kantor (Fyi, saya berangkat pukul 09.15 dari rumah kontrakan saya di daerah pisangan timur). Seperti yang sudah diduga, begitu motor memasuki jalan pramuka dari arah jalan pemuda, kemacetan langsung menyambut saya. Biasanya saya hanya menghabiskan 20-25 menit untuk menempuh perjalanan pisangan timur menuju salemba, dan kemarin jeng..jeng..jeng.. dalam 20 menit saya masih berada di jalan pramuka. Sudah bete-lah saya di situ.

Tapi memang Allah SWT selalu punya cara untuk menegur hamba-Nya. Ketika bete sedang melanda, saya melihat seorang mas-mas atau mungkin adek-adek yang sepertinya usianya berada di bawah saya mengenakan kemeja putih, celana hitam, sepasang sepatu pantofel, menyandang tas punggung, dan membawa amplop coklat. Siapakah dia? Sepertinya bukan sales. Saya hampir yakin mas ini adalah seseorang yang sedang mencoba melamar pekerjaan. Apa yang membuat saya terpana dengan mas ini adalah di tengah cuaca jakarta yang panas karena asap kendaraan bermotor yang memenuhi jalan, mas ini dengan langkah pasti berjalan di trotoar jalan menenteng amplop coklat yang sepertinya berharga bagi dia. Dandanannya biasa saja, tidak ada barang bermerk yang menempel di badannya, tas punggung lusuh dan sepatu ala kadarnya. Tapi semangatnya menembus panasnya jalanan yang membuat saya tiba-tiba malu, bete hanya karena jalanan macet.

Mas ini juga seperti dikirim oleh Sang Pencipta untuk mengingatkan saya tentang rasa syukur. Sampai kemarin bahkan mungkin saat ini saya kadang masih sering mengeluhkan tentang pekerjaan saya. Bagaimana saya terpaksa harus meninggalkan impian saya menjadi seorang arsitek, kuliah di kampus yang bukan pilihan saya, dan akhirnya bekerja di instansi yang sebenarnya tidak saya pilih. Tapi setelah melihat mas ini, dalam hati saya langsung berucap Astagfirullah dan Alhamdulillah. Sekolah dan pekerjaan ini memang bukan impian saya, tapi ini rejeki dan amanah Allah SWT untuk saya. Setelah selesai kuliah saya tidak perlu susah-susah melamar pekerjaan kesana-kemari dan langsung di tempatkan di salah satu instansi pemerintah di ibukota. Suatu hal yang mungkin menjadi impian atau keinginan bagi beberapa orang lain, dan saya masih juga kadang tidak menyiukuri hal ini? Astagfirullah

Terima kasih mas sudah lewat di samping saya ketika saya merasa kesal atas apapun di jalanan kemarin hanya karena macet. Doa saya, jika memang mas sedang mencari jalan rejeki dan jihad mas, semoga mas segera mendapat pekerjaan yang mas inginkan. Semoga Sang Maha Kuasa memberikan kemudahan dan menjadikan setiap perjuangan mas sebagai ladang pahala mas. Dan terima kasih ya Allah sudah menegur hamba lewat cara yang tidak pernah saya kira. Apapun itu, sedih, bahagia, susah, senang, insya Allah selalu ada rencana Allah SWT di dalamnya. Tinggal kita manusia bagaimana ingin menyikapi, menyiukuri, dan bersabar atas segala yang Allah SWT berikan.

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
(QS Ibrahim : 7)

0 komentar:

Posting Komentar